makalah abortus imminens dan insipiens


MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
“ABORTUS IMMINENS DAN INSIPIENS”
 

Disusun Oleh:
Desi Ratnasari 051811001
Nur Faizah 051921001

Dosen Pembimbing:
Bintang Petralina, SST.,MKes


PRODI KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JL.DEWI SARTIKA-KALIBATA RAYA JAKARTA TIMUR
2020

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan.
            Pembuatan makalah ini kami berharap dapat menjadi bahan pembelajaran dalam menambah ilmu khususnya dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Pada kesempatan ini kami membuka diri untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.





Jakarta, Maret 2020
                                                                                                                                               Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. .i
DAFTAR ISI…………………………………………………….................………………….ii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
BAB II PEMBAHASAN.. 3
BAB III PENUTUP. 8
DAFTAR PUSTAKA
 

BAB I

PENDAHULUAN







 













1.3  Tujuan      














  

BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Abortus


Abortus adalah berahkirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diangnosis ditegakkan berdasarkan adanya Amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat pervagina,pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan pervagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.


    a)      kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamialn 8 minggu. Beberapa factor yang menyebabkan kelainan ini adalah: kelainan kromosom/genetic, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbhaya bagi janin seperti: radiasi, obat-obatan, tembakau, alcohol, infeksi virus.

    b)      kelainan pada plasenta

Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karna penyakit darah tinggi yang menahun.

   c)      factor ibu

Seperti penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxosoplasma.

   d)      kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu

Seperti gangguan pada mulut Rahim, kelainan bentuk Rahim terutama Rahim yang lingkunganya kebelakang (secara umum Rahim melengkung kedepan), mioma uteri, dan kelaianan bawaan pada rahim.


pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarka benda asing tersebut. Apabila kurang pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu vili khorialis sudah menembuh terlalu dalamhingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta lengkap.

      Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pikmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma Antara amnion dan korion.

      Pada janin yang telah meninggal dan tidak dapat dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap.ia agak menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi lebih tipis seperti kertas pigmenpekamen.

      Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak jelas  dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh jaringan berwarna kemerah-merahan.


   1.      Abortus provokatus

a.       Abortus medisinalis

b.      Abortus kriminalis

   2.      Abortus spontan

a.       Abortus inkomplit

b.      Abortus komplit

c.       Abortus insipiens

d.      Abortus iminens

e.       Missed abortus

f.        Abortus habitualis

g.       Abortus Infeksiosus dan abortus septik





    a.       Usia

Usia dibawah 20 tahun dan di atas 43 tahun merupakan usia resiko untuk hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.

   b.      Paritas ibu

Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (Mulyati, 2003). Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.

    c.       Riwayat abortus sebelumnya

Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%. Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).

    d.      Pemeriksaan antenatal

Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).

   e.       Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis diharapkan wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.

   f.        Merokok

Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)

   g.        Alkohol

Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)


Artinya keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat, abortus ini merupakan tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik didalamnya.


     a.       Perdarahan sedikit/ bercak

    b.      Kadang disertai rasa mulas / kontraksi

    c.       Periksa dalam belum ada pembukaan

    d.      Palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan( uterus membesar sebagaimana usia kehamilan)

     e.       Hasil test kehamilan (+) positif


    a.       Tirah baring

Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah aliran darah keuterus dan mengurangi peransangan mekanis. Ibu atau pasien dianjurkan untuk istirahat baring. Apabila ibu dapat istirahat dirumah, maka tidak perlu dirawat. Ibu (pasien) perlu dirawat apabila perdarahan sudah terjadi beberapa hari, perdarahan berulang , atau tidak dapat beristirahat dirumah dengan baik misalnya tidak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan bila dirumah hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu (pasien) dan keluarganya, bahwa beristirahat baring dirumah atau dirumah sakit adalah sama saja pengaruhnya terhadap kehamilannya. Apabila ada terjadi abortus inkomplitus, dirawat dimanapun tidak dapat mencegahnya.

    b.      Periksa tanda-tanda vital

    c.       Kolaborasi dalam pemberian sedative (untuk mengurangi rasa sakit dan rasa cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematimik (seperti sulfas ferosus/tablet besi)

   d.      Hindarkan intercourse

    e.       Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f.        Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

 


Artinya abortus yang sedang berlansung, dengan ostium yang sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi, abortus ini adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar.

2.10 Tanda dan Gejlan Abortus Inspiens


     a.       Perdarahan banyak disertai bekuan

     b.      Mulas hebat (kontraksi makin lama makin kuat dan makin sering)

    c.       Ostium uteri eksternum mulai terbuka ( serviks terbuka)

    d.      Pada palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan  


    a.       Apabila bidan menghadapi kasus abortus insipiens, segera berkonsultasi dengan dokter kebidanan sehingga pasien mendapat penanganan yang tepat dan cepat

   b.      Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, bahaya perporasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.

   c.       Biasanya penatalaksanaan yang dilakukan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan adalah pengeluaran janin atau pengosongan uterus memakai kuren vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam

   d.      Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta secara manual.






BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan


Abortus imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat, abortus ini merupakan tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik didalamnya.

Tanda dan gejala abortus imminens: Perdarahan sedikit/ bercak, Kadang disertai rasa mulas / kontraksi, Periksa dalam belum ada pembukaan, Palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan (uterus membesar sebagaimana usia kehamilan), Hasil test kehamilan (+) positif.

Abortus insipiens abortus yang sedang berlansung, dengan ostium yang sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi, abortus ini adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar.

Tanda dan gejlan abortus inspiens: Perdarahan banyak disertai bekuan, Mulas hebat (kontraksi makin lama makin kuat dan makin sering), Ostium uteri eksternum mulai terbuka (serviks terbuka), Pada palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan.

3.2 Saran


     1.      Kepada Mahasiswa

Diharapkan kepada mahasiswa kesehatan masyarakat untuk selalu memberikan penyuluhan ataupun penyebarluasan informasi tentang Abortus kepada masyarakat khususnya para ibu hamil unutuk selalu memperhatikan kesehatan dirinya dan janinnya.

    2.      Kepada Petugas Kesehatan

Diharapkan agar para petugas kesehatan selalu membantu para ibu hamil dalam menjaga kesehatan dirinya dan janinnya dengan memberikan pelayanan yang maksimal.

    3.      Kepada Ibu Hamil

Diharapkan agar selalu memeriksakan diri ke posyandu ataupun puskesmas terdekat demi kesehatan dirinya.







DAFTAR PUSTAKA




Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV Patologis. Jakarta: CV Trans Info Media

Maryunani, Anik, dkk. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media




































































Comments