KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari
kesempurnaan.
Pembuatan makalah ini saya harapkan
dapat menjadi bahan pembelajaran dalam menambah ilmu khususnya dalam mata
kuliah Asuhan kebidanan Kehamilan.
Pada kesempatan ini saya membuka
diri untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Jakarta,
Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI……………………………………………………............…………….ii
BAB I PENDAHULUANBAB II PEMBAHASAN
2.3 Faktor
Predisposisi……………………………………………………………...5
BAB III PENUTUPBAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia eklamsia masih
merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi.
Oleh karena itu, diagnosa dini pre-eklamsia, yang merupakan tingkat pendahuluan
eklamsia, serta penangananya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan AKI dan
AKB. Maka dari itu penting mekakukan pemeriksaan Antenatal Care agar penyakit
ini bisa dideteksi lebih dini dan bisa dilakukan pencegahan.
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Pre-eklamsia dibagi menjadi
dua golongan yaitu ringan dan berat. Dikatakan pre-eklampsia berat, bila
disertai tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, oligouria, urin 400cc atau
kurang dalam 24 jam, proteinuria lebih dari 3gr/liter, adanya gangguan
selebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium dan terdapat
edema paru dan sianosis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Pre-eklamsi berat?
2. Apa
etiologi/penyebab Pre-eklamsi berat?
3. Apa faktor
predisposisinya?
4. Apa diagnosa
potensialnya?
5. Apa
penanganan/asuhan kebidananya?
1. Mengetahui
pengertian Pre-eklamsi berat
2. Mengetahui
etiologi/penyebab Pre-eklamsi berat
3. Mengetahui
faktor predisposisinya
4. Mengetahui
diagnosa potensialnya
5. Mengetahui
penanganan/asuhan kebidananya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pre-eklamsi
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011).
Pre-eklampsia
berat ialah penyakit dengan tanda-tanda khas seperti tekanan darah
tinggi/hipertensi, pembengkakan jaringan/edema, dan ditemukannya protein dalam
urin/proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua
kehamilan (Rozihan, 2007).
Pre-eklamasi
berat menurut Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta (1998), pre-eklamsia berat ditandai dengan hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa.
Pre-eklamsia dibagi menjadi dua golongan yaitu ringan dan berat. Dikatakan
pre-eklampsia berat, bila disertai tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih,
oligouria, urin 400cc atau kurang dalam 24 jam, proteinuria lebih dari
3gr/liter, adanya gangguan selebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
dan terdapat edema paru dan sianosis.
2.2 Etiologi
Apa
yang menjadi penyebab pre-eklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum
diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
·
Sebab bertambahnya frekuensi pada
primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa
·
Sebab bertambahnya frekuensi dengan
makin tuanya kehamilan
·
Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin dalam uterus
·
Sebab jarangnya terjadi eklamsia pada
kehamilan-kehamilan berikutnya
·
Sebab timbulnya hipertensi, edema,
proteinuria, kejang, dan koma.
Teori yang dewasa ini
banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklamsia ialah iskemia plasenta. Akan
tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit itu, rupanya tidak hanya satu factor, melainkan banyak factor
yang menyebabkan pre-eklamsia dan eklamsia. Diantara factor-faktor yang
ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
Tanda
dan Gejala Ppre-eklamsia Berat:
·
Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg
·
Tekanan darah diastolic ≥110 mmHg
·
Peningkatan kadar enzim hati dan icterus
·
Trombosit <100.000/mm3 (Normalnya
150.000 – 450.000/mm3)
·
Oliguria <400 ml/24jam (Normalnya
eliminasi urin pada orang dewasa 1500 ml/hari)
·
Proteinuria >3 g/liter
·
Nyeri epigastrium (nyeri perut bagian
atas atau tengah)
·
Skotoma dan gangguan visus lain atau
nyeri frontal yang berat
Skotoma
adalah bintik buta/ada bayangan putih saat melihat dan tidak fokus mengenali
objek
·
Perdarahan retina
·
Edema pulmonum
Adalah
pembengkakan dan/atau akumulasi cairan dalam paru. Hal ini dapat menyebabkan
terganggunya pertukaran gas dan dapat menyebabkan gagal napas
·
koma
2.3
Faktor Predisposisi
Wanita
hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia bila mempunyai faktor-faktor
predisposing sebagai berikut:
1.
Nulipara ( wanita yang belum pernah
melahirkan bayi viable/hidup)
2.
Kehamilan ganda
3.
Usia < 20tahun dan > 35 tahun
4.
Riwayat pre-eklampsia
Wanita
dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya memiliki risiko 5 sampai
8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan keduanya. Sebaliknya,
wanita dengan pre-eklampsia pada kehamilan keduanya, maka bila ditelusuri ke
belakang ia memiliki 7 kali risiko lebih besar untuk memiliki riwayat
preeklampsia pada kehamilan pertamanya bila dibandingkan dengan wanita yang
tidak mengalami preeklampsia di kehamilannya yang kedua
5.
Riwayat dalam keluarga pernah menderita
pre-eklampsia
Riwayat
keluarga yang pernah mengalami preeklampsia akan meningkatkan risiko sebesar 3
kali lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan preeklampsia berat cenderung memiliki
ibu dengan riwayat preeklampsia pada kehamilannya terdahulu
6.
penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes
melitus yang sudah ada sebelum kehamilan
7.
Obesitas
Obesitas
merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan. Indikator yang paling
sering digunakan untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang
dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). Seseorang dikatakan obesitas bila
memiliki IMT ≥ 25 kg/m2.
Eklamsia umumnya timbul
pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsia. Pada wanita
yang menderita eklamsia timbul serangan kejang yang diikuti koma. Tergantung
dari saat timbulnya, eklamsia dibedakan yaitu
eklamsia gravidarum, eklamsia parturientum, dan eklamsia puerperale.
Perlu dikemukakan bahwa pada eklamsia gravidarum sering kali persalinan mulai
tidak lama kemudian.
Dengan pengetahuan
bahwa biasanya eklamsia didahului oleh pre-eklamsia, maka pentingnya
pemeriksaan antenatal care yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk
mencegah timbulnya penyakit itu.
Diagnosis eklamsia
umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya tanda dan gejala pre-eklamsia
yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah diuraikan, maka diagnosis
eklamsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian, eklamsia harus dibedakan
dari:
·
Epilepsy, dalam anamnesis diketahui
adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil-muda dan tidak adanya tanda
pre-eklamsia
·
Kejang karena obat anastesia, apabila
anastesia local disuntikan kedalam vena, dapat timbul kejang
·
Koma karena sebab lain, seperti
diabetes, perdarahan otak, meningitis,dll.
Preeklamsia dapat
menyebabkan komplikasi kesehatan seperti:
1.
Gangguan Pertumbuhan Janin
Preeklamsia
dapat menghambat sirkulasi darah ke plasenta, jika hal ini terjadi, janin Anda
akan mengalami kekurangan suplai darah, oksigen dan nutrisi penting untuk
pertumbuhan. Preeklamsia dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang
atau bahkan lahir secara prematur.
2.
Kelahiran Prematur
Jika
kondisi ibu hamil dengan pre-eklamsia berat, umumnya dokter akan menyarankan
untuk melakukan tindakan operasi caesar untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Kelahiran
prematur dapat menyebabkan masalah pernapasan dan masalah kesehatan lain pada
bayi
3.
Abrupsi Plasenta
Preeklamsia
meningkatkan risiko abrupsi plasenta, sebuah kondisi dimana plasenta terlepas
dari dinding rahim sebelum waktunya. Hal ini dapat menyebabkan pendarahan
hebat, kondisi yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.
4.
Sindrom HELLP
Sindrom
HELLP atau Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelet Count merupakan
kondisi dimanan rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim di liver dan rendahnya
trombosit pada tubuh. Sindrom HELLP membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam
kandungan karena dapat menyebabkan kerusakan sistem organ tubuh.
5.
Eklamsia
Jika
pre-eklamsia tidak ditangani segera, dapat menyebabkan ibu hamil mengalami
eklamsia. Ditandainya gejala kejang-kejang ibu hamil, hal ini dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Sebagai catatan,
seringkali eklamsia tidak menunjukan gejala sehingga pemeriksaaan rutin
merupakan kunci untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda.
6.
Kerusakan Organ
Preeklamsi
dapat menyebabkan kerusakan organ liver, ginjal, paru-paru, jantung atau mata
dan dapat menyebabkan stroke dan cedera otak. Jumlah kerusakan tergantung pada
seberapa para preeklamsia yang diderita ibu hamil.
7.
Penyakit Kardiovaskular
Mengidap
preeklamsia dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit
jantung dan stroke, risiko bahkan menjadi lebih tinggi jika mengalaminya lebih
dari sekali. Untuk meminimalisir risiko, jaga berat badan setelah melahirkan
dan terapkan gaya hidup sehat.
Pengobatan
hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-eklamsia, dan
faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkanya, belum diketahui.
Tujuan utama
penanganan:
1.
Mencegah terjadinya eklamsia
2.
Melahirkan janin hidup
3.
Melahirkan janin dengan trauma
sekecil-kecilnya.
Pada
dasarnya penanganan pre-eklamsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan
obsetrik. Penanganan obsetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang
optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup
matur untuk hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi
eklamsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan
daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada
penanganan pre-eklamsia, terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal
ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar
janin lebih matur.
Pada
umumnya indikasi untuk untuk merawat penderita pre-eklamsia di rumah sakit
ialah:
1)
TD sistolik >140 mmHg atau lebih dan
atau TD diastolik >90 mmHg atau lebih
2)
Proteinuria +1 atau lebih
3)
Kenaikan BB 1,5 kg atau lebih dalam
seminggu yang berulang
4)
Penambahan edema berlebih secara
tiba-tiba
Perlu
diperhatikan bahwa apabila hanya 1 tanda yang ditemukan, perawatan belum
seberapa mendesak, akan tetapi pengawasan ditingkatkan dan kepada ibu
dianjurkan untuk segera datang jika ada keluhan. Sementara itu, ibu dinasehati
untuk banyak beristirahat dan mengurangi pemakaian garam dalam makanan.
Pada
penderita yang dirawat di rumah sakit dilakukan pemeriksaan dan penilaian
sebagai berikut:
1.)
Anamnesis. Pemeriksaan umum, pemeriksaan
obsetrik, dan pemeriksaan laboratorium rutin
2.)
TD, air kencing, BB diperiksa setiap
hari, dan edema dicari, terutama pada daerah sacral
3.)
Balans cairan ditentukan tiap hari
4.)
Funduskopi dilakukan pada waktu
penderita masuk rumah sakit dan dikemudian tiap 3 hari
5.)
Keadaan janin diperiksa tiap hari dan
besarnya dinilai. Dapat ditemukan janin tidak bertumbuh secara semestinya,
penaksiran maturitas janin dalam hal ini perlu dilakukan dengan cara lain
6.)
Penentuan hematokrit dilakukan
berulang-ulang
7.)
Penderita diingatkan untuk segera
memberitahukan apabila sakit kepala, merasa mual, merasa nyeri didaerah
epigastrium, atau menderita gangguan dalam penglihatan.
Pengobatan
pre-eklamsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut
menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklamsia dengan bayi yang masih
premature penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan eklamsia
atau kematian. Pada janin dengan berat badan rendah pun kemungkinan hidup pada
pre-eklamsia berat lebih baik diluar daripada didalam uterus. Cara pengakhiran
dapat dilakukan dengan induksi persalinan atau seksio sesaria menurut keadaan.
Pada umumnya indikasi
untuk pengakhiran kehamilan ialah:
-
Pre-eklamsia ringan dengan kehamilan
lebih dari cukup bulan
-
Pre-eklamsia dengan hipertensi dan/
proteinuria menetap selama 10-14 hari dan janin sudah cukup matur
-
Pre-eklamsia berat
-
Eklamsia
Adapun
tatalaksana pada pre-eklampsia berat mencakup pengelolaan medika mentosa dan
pengelolaan persalinan. Pengelolaan medikametosa terdiri atas :
a)
Segera masuk rumah sakit
b)
Tirah baring
c)
Infus larutan Ringer Laktat 60-125 cc/jam
d)
Pemberian obat anti kejang: MgSO4
-
Dosis awal: 4 g MgSO4dilarutkan dalam
cairan saline intravena selama 10-15 menit
-
Dosis perawatan: 1-2 g/ jam iv, evaluasi
tiap 4-6 jam
Syarat
pemberian MgSO4:
§ Reflek
patela positif
§ Tidak
ada depresi pernafasan (frekuensi pernafasan > 16 kali/ menit)
§ Produksi
urin . 100 ml/ 4 jam
§ Tersedia
kalsium glukonas
e)
Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada ;
-
Edema paru
-
Gagal jantung kongestif
-
Edema anasarka
f)
Antihipertensi diberikan bila :
-
Tekanan sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg
g)
Kardiotonika
Indikasi
pemberian kardiotonika ialah bila ada tanda-tanda gagal jantung dan dilakukan
perawatan bersama bagian penyakit jantung
h)
Diet
Nutrisi
yang disarankan antara lain cupkup protein, rendah karbohidrat,
dan
rendah garam
Kadang-kadang
keadaan penderita dengan pengobatan tersebut diatas menjadi lebih baik. Akan
tetapi, umumnya pada pre-eklamsia berat sesudah bahaya akut berakhir sebaiknya
dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena dalam keadaan demikian
harapan bahwa janin hidup terus tidak besar, dan adanya janin dalam uterus
menghambat sembuhnya penderita dari penyakitnya. Pengakhiran kehamilan dapat
dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah dijelaskan diatas.
Rangsang
untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau dari penderita sendiri,
dan his persalinan merupakan rangsang yang kuat. Maka dari itu, pre-eklamsia
berat lebih mudah menjadi eklamsia pada waktu persalinan.
Tidak
boleh dilupakan bahwa kadang-kadang hipertensi timbul untuk pertama kali dalam
persalinan dan dapat menjadi eklamsia, walaupun pada pemeriksan ANC tidak
ditemukan tanda-tanda pre-eklamsia. Dengan demikian, pada persalinan normal pun
tekanan darah perlu dieriksa berulang-ulang dan air kencing perlu diperiksa
terhadap protein.
Untuk
penderita pre-eklamsia diperlukan analgetika dan sedative lebih banyak dalam
persalinan. Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan
dalam otak lebih besar, sehingga apabila syarat-syarat telah dipenuhi,
hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan
memberikan narcosis umum untuk menghindarkan rangsangan pada susunan saraf
pusat. Anastesia lokal dapat diberikan bila tekanan bila tekanan darah tidak
terlalu tinggi dan penderita masih samnolen karena pengaruh obat.
Ergometrin
menyebabkan kontriksi pembuluh darah dan dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh
karena itu, pemberian ergometrin secara rutin pada kala III tidak dianjurkan,
kecuali jika ada perdarahan postpartum karena atonia uteri. Pemberian obat
penenang diteruskan sampai 48 jam postpartum, karena ada kemungkinan setelah
persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklamsia timbul. Selanjutnya obat
tersebut dikurangi secara bertahap dalam 3-4 hari.
Telah
diketahui bahwa pada pre-eklamsia janin diancam hipoksia, dan pada persalinan
bahaya ini makin besar. Pada gawat janin, dalam kala I, dilakukan segera seksio
sesaria, pada kala II dilakukan ekstraksi dengan cunam atau ekstraktor vakum.
Postpartum bayi sering menunjukan tanda asfiksia neonatorum karena hipoksia
intrauterine, pengaruh obat penenang, atau narkosis umum, sehingga diperlukan
resusitasi. Maka dari itu, semua peralatan untuk keperluan tersebut perlu
disediakan.
BAB III
PENUTUP
Pre-eklamsi berat adalah suatu
komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (Ai Yeyeh.R, 2011).
Faktor pertama adalah
genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat preeklampsia, kita juga
berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan, yang kedua adalah
adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah bisa mengakibatkan
suplai darah ke organ-organ vital seperti ginjal dan hati jadi berkurang.
Preeklamsia biasanya
terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti
pre-eklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena
kondisi plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada
gangguan pada pembuluh darah si ibu.
Pre-eklamsia
berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik namun
pelaksanaannya harus diawasi dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya dapat
ditanggulangi dan tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan kesehatan ibu
dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Sarti,
sitti.2015.”Preeklamsia Berat”. Dutip dari: https://sittisarti.com/2015/01/tugas-makalah-preeklampsia-berat.html.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019.
Rozikhan. 2007.”
Faktor-Faktor
Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat”. Dikutip dari: http://eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdf.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019.
Undip.2010.”
Preeklampsia
Berat”. Dikutip dari:http://eprints.undip.ac.id/44141/3/BAB_2.pdf.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019.
Ariadi,
catur.2019.”preeklamsia”. dikutip dari:https://trimester123.com/preeklamsia/.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019.
Prawirohardjo,
sarwono.1998. ilmu kebidanan. Jakarta:
Tridarsa Printer.
Cahyaningtias,
candra.2010.”preeklamsia”.dikutip dari:file:///C:/Users/ASUS/Documents/Candra_Cahyaningtyas_Giyanto_22010111130090_Lap.KTI_BAB_II.pdf.
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment